Indonesia
merupakan negara kaya akan sumber daya alam, sumber daya manusia, bahkan kaya akan
budaya. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai ciri khas alam maupun budaya.
Akan tetapi indonesia masih merupakan negara berkembang dengan kesejahteraan
masyarakat belum terpenuhi semua. hal ini di buktikan masih adanya ketimpangan
baik di wilayah desa maupun kota. Menurut
data dari BPS data koefisien gini pada
tahun 2018 sebesar 0,389 %. Hal ini mencerminkan belum meratanya tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Ketidak
merataan kesejahteraan salah satunya diakibatkan oleh ketidak sesuaian sistem
ekonomi yang diterapkan di Indonesia. Negara kita telah dijajah oleh sistem
ekonomi kapitalis dan liberalis yang kurang cocok diterapkan di negara kita
yang kaya dengan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sistem ekonomi
kapitalis mengakibatkan hanya terpenuhinya kesejahteraan sepihak misalnya pihak
pemilik modal, sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis pemerintah terlalu
banyak ikut campur dalam urusan pemenuhan kebutuhan. Jika kita telusuri lebih
jauh negara kita yang kondisinya kaya SDA, SDM, dan budaya dengan berbagai kepentingan seharusnya perlu
sistem ekonomi yang bisa menjembatani agar terwujudnya kebersamaan, sama rasa,
dan sama rata yaitu sistem ekonomi Pancasila.
Perlu
adanya upaya untuk memeratakan tingkat kesejahteraan masyarkat ini, sedangkan
upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan harus ada
kesadaran masyarakat yang turut serta dalam memeratakan kesejahteraan tersebut.
Salah satunya melalui pendidikan ekonomi keluarga. karena keluarga merupakan
satuan terkecil dari masyarakat, dalam keluarga seseorang belajar bagaimana
menjalani proses dan prinsip kehidupan. Bagaimana individu belajar
berinteraksi, baik dengan individu maupun sekumpulan individu. Seperti yang
kita ketahui setiap individu pasti mempunyai kebutuhan berbeda baik dari segi
material, rohani, maupun jasmani.
Tujuan
pendidikan ekonomi tidak hanya mempelajari bagaimana orang makmur dalam segi
materi saja, melainkan dari segi rohani dan jasmani. Untuk tercapainya semua
itu setiap individu harus bisa bersikap mandiri, adil, bijaksana, dan peduli
dengan orang lain dalam arti tidak hanya memakmurkan dirinya sendiri saja
melainkan harus sama rasa dan sama rata. Namun pada masa sekarang sering
terjadi masyarakat mengeksploitasi sumber daya baik itu sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya waktu dan ruang untuk memenuhi kebutuhan
sepihak. Akibat dari itu semua banyak masyrakat disekitarnya dirugikan dan
tidak terpenuhi kebutuhannya.
Maka
dari itu perlulah dikembangkan pendidikan ekonomi bernilai pancasila dimana
tujuan pendidikan ekonomi bernilai pancasila ini adalah untuk menumbuhkan
kembali rasa kekeluargaan, dan kegotong royongan dalam upaya memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini terwujud jika kita kembali
menghidupkan ekonomi pancasila. Salah satu upaya mewujudkannya dengan pola
pendidikan ekonomi pancasila dilingkungan keluarga.
Pada
penelitian ini peneliti mengambil penelitian di kota blitar dikarenakan blitar
pada dasarnya Blitar merupakan tempat yang menjunjung tinggi nasionalisme,
dalam berekonomi sebagian besar telah menerapkan sistem ekonomi yang bedasarkan
ideologi pancasila dan UUD pasal 33 tahun 1945. Hal ini tercermin dalam
kegiatan perekonomian di Blitar sebagian besar masih berprinsip pada kedua hal
tersebut misalnya dalam kegiatan rewang, sayan, dan gugur gunung.
Namun
pada saat ini kebudayaan teresebut sedikit demi sedikit mulai luntur, hal ini
tercermin dalam kegiatan masyarakat. Misalnya dalam acara rewang ada masyarakat
dilingkungan tertentu jika menghadiri rewang harus menyediakan imbalan tidak
berdasarkan asas suka rela dan kebersamaan lagi, selain itu juga terbenturnya
masyarakat yang hanya ingin memenuhi kebutuhan pribadinya.
Selain
itu dikota blitar yang dulunya dilarang adanya pasar modern seperti Mall,
supermarket dan lainnya. Sekarang mulai tumbuh pasar-pasar modern tersebut yang
pada akhirnya menggeser peran dari pedagang kecil yang sebetulnya menjadi
simbol ekonomi kerakyatan di Blitar.
Dengan
melihat fenomena tersebut peneliti ingin menghidupkan dan mengembangkan
bagaimana pendidikan ekonomi di lingkungan keluarga utamanya pendidikan ekonomi yang bernilai
pancasila pada anak usia sekolah dasar (usia 7-12 tahun). Karakter anak pada
usia tersebut Perhatiannya
tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, Ingin tahu, ingin belajar dan
realistis c, Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, Anak memandang
nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, Anak-anak
suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Comments
Post a Comment