Kegiatan bersekolah atau saat kita menempuh pendidikan memberikan pengalaman kepada kita terkait keberagaman. Baik keberagaman dalam latar belakang keluarga, keberagaman dalam tingkat ekonomi, maupun keberagaman dalam beragama. Selain keberagaman juga mengajarkan tentang kerja sama, toleransi dan memanage diri sendiri. Karena dalam pendidikan kita diajarkan untuk bermasyarakat meskipun itu dalam lingkup sempit.
Keberagaman mengajarkan kita untuk
memiliki sikap empati, sikap toleransi, gotong royong, mengahargai orang lain
baik itu karakternya, maupun kompetensinya. Dalam pendidikan ada konsep asah,
asih dan asuh. Asah artinya mengasah yaitu memperdalam ilmu, asih yaitu
mengasihi antar sesama, guru mengasihi muridnya, dan asuh yaitu mendorong agar semua
yang ada dilingkungan sekolah tersebut saling mengingatkan dalam kebaikan. Pendidikan
yang mendidik bukanlah pendidikan yang hanya mengajarkan materi-materi saja
melainkan juga mendorong kita untuk berbuat yang lebih baik lagi, memiliki
pemikiran yang mendalam, dan mampu mewujudkan manusia yang berkualitas.
Arti berkualitas disini adalah manusia yang
berakhlak baik seperti ketika ada pembelajaran agama bukan hanya tau agama tapi
mampu menerapkan sesuatu ajaran baik dalam agama tersebut. Ciri berkualitas
yang kedua adalah menghargai ilmu, manusia berkualitas selalu ingin belajar dan
belajar, baik belajar dalam hal pelajaran formal tetapi juga belajar ketika
berada dilingkungan sekitar. Manusia berkualitas juga mampu berkreatifitas,
mereka selalu berkarya dan memanfaatkan bakatnya. Untuk menjadi manusia yang
berkualitas juga diperlukan guru yang berkualitas, baik kualitas dalam akademik
maupun non akademik.
Guru yang berkualitas bukan hanya
mengajarkan pelajaran formal tetapi juga memberikan petuah positif dan
mendorong muridnya untuk selalu berbuat kebaikan, berfikir dan berkarya untuk
bangsanya, untuk orang lain maupun untuk dirinya. Guru yang baik selalu
bertanya dan mendorong muridnya untuk bertanya. Guru yang baik selalu menjadi
teman belajar bagi muridnya.
Pengalaman penulis ketika kuliah menemukan
sosok dosen senior yang berwibawa mencerminkan sosok seorang pendidik. Beliau adalah
sosok dosen yang kreatif, selalu mengawali kelasnya dengan pertanyaan, membuat
siswanya selalu berfikir tingkat tinggi. Meskipun beliau cara mengajarnya tidak
umum seperti dosen lainnya, tetapi bagi mahasiswa yang memahami pasti terdorong
untuk selalu belajar lagi dan lagi. Cara mengajarnya selalu mengawali pengetahuan
yang mendasar sampai ke pemikiran tingkat tinggi. Menurutnya belajar merupakan
proses berfikir bukan hanya proses menyerap pelajaran.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah pendidikan merupakan proses berfikir, berkreatifitas, dan proses mendalami ilmu. Pendidikan tidak hanya mengerjakan tugas semata melainkan ada interaksi ketika pelajaran pelajaran itu dipresentasikan. Guru yang baik bukan hanya menyampaikan materi ketika di dalam kelas tetapi mereka menemani siswanya berdialog dengan siswanya menemukan hal baik. Proses pendidikan bukan hanya proses presentasi semata tetapi merupakan proses belajar itu sendiri yaitu untuk merangsang seseorang belajar dan belajar lagi.
Semua pernyataan diatas menjadi tantangan bagi guru dan seharusnya mendorong guru untuk belajar lebih.
Sepakat Kak, walaupun sebenarnya tugas mendidik bukan hanya tugas seorang guru saja, tapi juga tugas orang tua dan lingkungan. Soalnya sering guru sudah kasih contoh dan motivasi yang baik, tapi karena ga sinkron sama yang di rumah, peserta didik jadi bingung, mana yang mau diikuti. Semangat Kakak
ReplyDeleteIya Kak, ini sebenarnya lebih menyoroti pendidikan dan guru ya kak
DeleteI agree with u kak untuk substansi tulisan ini. Tapi, sepertinya paragraph satu dan dua itu isinya sama deh kak. Itu diulang atau emang gak sengaja kak? 😅
ReplyDeletesepakat kak, kurikulum sekarang sedang menuju ke sana, mewadahi kreatifitas guru dan siswa
ReplyDeleteIya Kak
DeleteSukanya waktu kuliah ketemu teman yg beragam latarbelakang dan adat budaya. Bisa belajar banyak hal. Termasuk pendidik juga bermacam2 gaya mengajar. Itulah challenge-nya bukan hanya bisa mengajar yaa, tapi bagaimana jga mampu mendidik dan berdialog dengan mahasiswanya itu yg sulit. Pasti dosen favorit ya kak ❤️
ReplyDeleteIya kak membantu menemani mereka belajar itu juga effort banget. Iya benar dosen favorit kak
DeletePas kuliah sering juga nemu beberapa dosen yang menarik bgt ketika menjelaskan materi. Biasanya cenderung ngajak mahasiswa berpikir bahkan sering mempertanyakan sesuatu yg bersifat out of the box. Seneng sih dpt dosen yg kayak gt krn kita ga cuma disuruh ngapa terus tapi juga belajar untuk menganalisis dan berpikir kritis.
ReplyDeletePendidik yang cerdas ini kak
Deletewah, ketemu insight baru nih dari dunia pendidikan
ReplyDeleteSetuju kak. Sayangnya sebagai mahasiswa korban pandemi, saya gak bisa merasakan esensi pendidikan yang seutuhnya. Kuliah seolah hanya presensi dan presentasi saja. Dosen hanya mengajar demi memenuhi kewajiban saja. Rasanya saya gak dapat apa-apa huhu
ReplyDeleteSalah satu alasan saya resign sbg dosen adalah manajemen dan sistem pendidikan di institusi mengejar ranking kelas dunia dgn sedikit banyak abai pd kondisi di lapangan. Dosen sudah terburu lelah dibebani tugas administrasi yg tidak ada habisnya disamping harus tetap melakukan tuntutan tridharma perguruan tinggi. Banyak dosen akhirnya jd ala kadarnya, tapi masih banyak juga mereka yg idealis dan penuh harapan tp bbak belur oleh sistem.
ReplyDeleteJadi keinget novel Guru Aini karya Andrea Hirata. Sosok Bu Desi jadi guru panutan yang selalu mencari metode terbaik saat mengajar siswanya.
ReplyDeleteWah...!!! jadi pingin baca kak
DeleteJadi keinget bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.. Jadi seorang ibu juga merupakan guru terdekat untuk anak-anaknya.. 😅
ReplyDeleteBetul sekali kak, yang dimaksud dengan guru bukan hanya orang yang mendidik di sekolah saja tapi juga seorang yang mampu membuat kehidupan lebih baik..
Delete